Meet Love in Seoul
Part 1


~Just arrived in seoul~
*Luna POV*
Aku baru saja keluar dari gate kedatangan luar negeri di bandara internarional incheon. Aku mengedarkan pandanganku dan melihat seorang pria membawa kertas yang bertuliskan namaku -sepertinya- dalam huruf hangul. Tanpa ragu-ragu aku mendatanginya. "eum cheogiyo" kataku setelah aku berdiri tepat didepan pria itu. Pria ini menatapku dengan ekspresi bingung. "eum,, Kim Una, it's my name" kataku dalam bahasa inggris. Dalam hati aku berharap pria ini cukup pintar dalam bahasa inggris. "oh, you are Una.". Aku tersenyum karena dia bisa mengerti bahasa inggris. "sasil, nae iremi Una aniyo geunde Luna, with L in front of U" kataku dalam bahasa korea dan inggris. "oh, mian. But it's not right time to correct your name. We are late, almost". Tanpa menunggu jawabanku dia menarik tanganku keluar dari bandara. Aku hanya bisa diam mengikutinya walaupun masih banyak pertanyaan didalam kepalaku ini.

Didepan pintu keluar sudah menunggu sebual mobil sport yang cukup dikatakan mewah bewarna hitam. Pria ini mengambil koperku dan menaruhnya di bangku belakang dan mendorongku masuk dikursi depan. Setelah memastikan aku duduk, dia berjalan memutari mobil ini dan duduk dikursi pengemudi. "oh right, my name is Park Jewook. i'm your step-older brother". Aku mengerutkan keningku, seingatku papa bilang bahwa saudara tiriku seumuranku. Seakaan dia membaca pikiranku dia melanjutkan perkataannya. "i'm sure appa told you that your step-brother is same age as you right? But you know in korea i'm two month early than you, so call me oppa" dia tersenyum dan menepuk ujung kepalaku. Ok aku tahu tentang fakta ini, bahwa dikorea umur sangat dipermasalahkan, tapi aku paling tidak suka kalau kepalaku disentuk. Aku menatapnya tajam, dan dia dengan cepat mengankat tangannya dari kepalaku. "oh sorry, know i will ask you some question.". "ok". "do you speak korea?". "ne, aku bisa berbicara dalam bahasa korea". "ah, kenapa tidak dari tadi kamu mengatakannya? Oppa sudah lelah berbicara bahasa inggris.". "karena kamu tidak bertanya sebelumnya". "hei, oppa ok? biasakan memanggilku dengan sebutan oppa.". "ok, oppa.". "dan mianhae, aku salah menulis namamu tadi, aku pikir namamu Una. Jadi Luna-a, kita akan ke restaurant dulu untuk makan siang dan bertemu dengan umma dan appa. mereka sudah menunggu kita disana". "baiklah". Aku mulai memasang iphod-ku dan memutar lagu kesukaanku.

*Jewook Pov*
Tepat seperti perkataan appa, Una- ah maksudku adalah Luna. Dia anak yang tidak bicara banyak ke orang yang baru saja ditemuinya. Hanya berbicara seperlunya saja dan dia mempunyai warna kulit agak gelap tidak seperti wanita korea pada umumnya. Ah tentu saja, dia kan orang indonesia. Mungkin mata belo dan warna kulit gelapnya itu keturunan dari ibunya yang orang indonesia. Oh pasti kalian bingung. Ummaku dan appa Luna menikah baru dua tahun yang lalu. Yang aku dengar dari cerita appa adalah istrinya yang dulu meninggal karena kecelakaan mobil bersama Luna. Dalam kecelakaan itu ibu Luna meninggal dan Luna terluka cukup parah dan kehilangan ingatannya selama satu tahun, tapi kini dia sudah bisa mengingat kejadiannya dengan jelas, dan appa bilang Luna sempat depressi berat akan hal itu. Aku meliriknya sekilas, dia mengenakan kacamata yang cukup tebal. "hei, apakah penglihatanmu sangat buruk? Kenapa kacamatamu tebal sekali?" tanyaku masih fokus menyetir. Dia menoleh kearahku dan melepas headphonenya, "aku tidak bisa melihat dengan jelas tanpa kacamataku" jawabnya. "eung, apakah karna kecelakaan itu?" tanyaku hati-hati untuk tidak menyinggung soal ibunya. "bisa dikatakan begitu. Ah bisakah kita berhenti sebentar?". "wae?". "eung aku ingin mencicipi tteokbboki. Kata temanku tteokbboki itu enak.". Aku tersenyum mendengar perkataannya. "mian, kita sudah terlambat. Setelah kita selesai makan siang dan membereskan barangmu, oppa akan mengantarmu berkeliling seoul dan mengajakmu ke gwanjang market". "oh, gwangjang market, aku melihatnya di running man. Disana banyak sekali makanan khas korea yang ingin aku coba". Aku tertawa mendengar nada antusias di perkataannya. "ternyata kau seorang k-popers eoh?". "aniyo, i'm cassie. Aku hanya suka dengan DBSK, yah walaupun kadang aku melihat boyband lain tapi boyband pertama yang aku sangat sukai adalah DBSK". Aku hanya tersenyum mendengar perkataannya, sepertinya aku akan sangat protective terhadapnya. Yah bisa dibilang aku adalah tipe namja protective dan karna itu aku sering dicampakan seorang yeoja. "nah kita sampai, biarkan kopermu dsini, bawa saja tasmu" kataku saat kami sudah didepan restoran yang sudah dipesan appa. aku dan Luna berjalan berdampingan memasuki restoran, aku melihat kesekeliling mencari appa dan umma. Dan aku melihat appa melambaikan tangannya. "disana, kkaja" aku menggandeng tangannya tanpa rasa canggung dan mendekati meja appa dan umma. "finally, you okay? You look so tired" appa memeluk Luna dan mencium keningnya.

~Luna pov
"finally, you okay? You look so tired" appa memeluk dan mencium keningku. "not really, just can't sleep the night before. She is your wife?". Tanyaku sambil memandang yeoja paruh baya disampingnya yang tersenyum kearahku. "yes, greet she". "anyeong haseyo, Luna imnida" sapaku sambil membungkukkan badanku. "aigo neomu yeppeo" katanya sambil memelukku. "kamu pasti sangat lapar bukan? Ah aku sudah memesankan kalian beef steak, it's ok dear?". "ne, gwaenchanseumnida". "aigo,, jangan terlalu formal seperti itu. Panggil umma ne? Ah kalau memang belum terbiasa kamu bisa memanggil ahjuma". "ne" kataku sambil tersenyum dan duduk disamping Jewook. "appa, sepertinya appa harus memberitahunya sekarang". Aku spontan mendongakkan kepalaku dari steak didepanku menatap papa. "what is he mean dad? Tell me what?". "speak korea please" papa memandangku dan aku hanya memutar bola mataku. "araseo,, malhebwa". "mian yeobo, anak ini sedikit tidak sopan". "papa" kataku tidak sabar. "ok, ok. papa dan umma tidak tinggal di seoul tapi di jeju. Karna papa akan mengurus perusahaan papa di jeju dan perusahaan papa di seoul akan di tangani oppamu". "chamda, bukankah dia seumuran denganku?" kataku dengan menunjuk Jewook. "panggil dia oppa, kita dikorea sekarang Luna Kim". "kalau Luna memang belum terbiasa memanggilku oppa, tidak apa-apa appa". "ok terserah kalian berdua. Ya memang Jewook seumuran denganmu, dan tentu saja kalian akan kuliah bersama, oh ya hasilmu sudah keluar dan kamu diterima di SNU jurusan management, kalian akan satu jurusan. Jewook dia akan kuliah sambil menghandle perusahaan papa di seoul". "jadi aku tinggal sendiri? Di apartement?" kataku sedikit senang. "ani, kamu akan tinggal satu apartement dengan Jewook. Dia yang akan bertanggungjawab tentangmu". "what? Are you sure? i'm not really know him.". "korea Luna. Ne, kamu akan tinggal dengan oppamu. Dan itu salah satu alasan papa yang sangat kuat, agar kalian mengenal satu sama lain dan akrab. Sekarang makan steakmu". "papa~~" kataku manja sambil menggerak-gerakan kakiku.

~Jeewok pov
Aku sempat terkejut dengan apa yang dilakukannya tadi. "kamu bisa bersikap imut? Bisa aegyo?" kataku tidak percaya. "kamu akan menukan kemanjaan lainnya lebih dari ini saat kamu sudah mengenalnya lebih nanti Jewook-a" kata appa sambil tersenyum dan aku melihatnya mem-poutkan bibirnya sambil mulai memotong steaknya. "kyeopta" kataku dalam hati sambil tersenyum saat dia mulai memajukan bibir bawahnya karena masih kesal dengan keputusan appa tadi.
******

~Luna
Sudah enam bulan aku hidup bersama dengan Jewook oppa. Ok sudah sejak satu bulan lalu aku memanggilnya oppa. Saat mendengarnya dia tersenyum seperti orang bodoh. "Luna-a. Cepat keluar! Aku sudah lapar" teriaknya dari bagian dapur. Dengan langkah malas aku keluar dari kamarku yang damai menuju dapur. "kalau lapar kenapa oppa tidak masak sendiri?!" kataku jengkel. "ho ho,, jangan lupa minggu ini giliranmu memasak dan mencuci piring" katanya dengan nada senang. Aku mengeluarkan kimchi dari ahjuma dan membuatkan nasi goreng kimchi untuk sarapan kami berdua. "hanya ini? Kenapa setiap sarapan kamu hanya membuat yang simple?". "kalau oppa protes sini biar Luna yang makan". Jewook oppa mengambil piringnya saat tanganku hendak merebut piringnya yang berisi nasi goreng kimchi. "ani, oppa akan makan ini" katanya sambil tersenyum. Aku menuangkan juice kedalam gelas dan meletakannya disamping piring oppa. "oppa hari ini ada kelas sampai jam berapa?" tanyaku sambil duduk didepannya dan mulai memasukan satu sendok full nasi goreng kemulutku. "eung, hari ini aku ada kegiatan sampai malam, jadi nanti malam tidurlah dulu tidak usah menunggu oppa pulang". "kalau begitu aku akan keluar lagi". Jewook menatapku dan menaruh sendoknya dipiring. "bermain musik dipinggir jalan lagi?". Aku hanya menganggukan kepalaku. Aku bisa mendengarnya menghela nafas, "ok. kabari oppa dimana kamu akan bermain dengan gitarmu itu". "oppa tidak akan menyeretku pulang seperti dua hari yang lalu kan?". "aku tidak akan menyeretmu pulang kalau kamu memberitahukan kepada oppa terlebih dahulu dasar anak bandel". Aku tersenyum mendengarnya, "roger captain". Aku kembali menghabiskan sarapanku dan meminum orange jusku. "oppa aku berangkat dlu, anyeong". "tidak mau berangkat bersama oppa?". "aniyo,, sebelum kekampus aku mau kesuatu tempat dulu. See you in campus oppa". Aku memakai sneakerku dan membuka pintu.

~Jewook
Aku melihatnya keluar dari apartement. Kadang aku merasa dia seperi adikku tapi kadang aku merasa memandangnya sebagai adikku itu tidak benar. Ada disaat aku menatapnya terus menerus dan jantungku berdebar kencang. "aish, Park Jewook, cheonsicaryo. Luna adikmu, tidak mungkin kamu menyukainya. Aish michigotta" aku berbicara pada diriku sendiri dan menghabiskan jusku. "sebaiknya aku berangkat sekarang." aku meraih tasku dan kunci mobilku. Berjalan kearah parkir apartement dan masuk kedalam mobil porche hitamku. Aku melajukan mobilku keluar dari kawasan apartement saat melewati halte aku melihat Luna sedang duduk menunggu bus. Saat dia melihat kearahku dia tersenyum dan melambaikan tangan, aku membalas lambaiannya dan melaju kencang kearah kampus.

Comments (0)